Jujur, saya tidak suka membaca novel, maupun karya
fiksi lainnya. Yang saya suka adalah komik anime/manga, sesekali membaca
catatan di FB teman, karena di dalamnya langsung to the point ke masalah yang
ada. Begitupun pada Bulan Juni ini, tak sengaja saya membaca catatan yang
benar-benar jujur dari hati dan sangat menyentuh bagi setiap pembacanya. Catatan
yang wajib dibaca untuk para sosok romantic lainnya di Negeri ini. Penasarankan!
Mari Membaca!
Apa
Kabar??
1
Juni 2014 pukul 1:22
Apa
kabar Bidadari? Sehat?... Oh, maaf tidak tepat Saya berkata demikian, Kamu
bukan Bidadari. Itu khayalan dan Kamu nyata. Bukan ini bukan gombalan,
serius.
Kamu
tahu, kalau Kamu pernah menjadi khayalan seperti Saya berkhayal tentang
Bidadari, tapi Kamu hanya sekilas, dulu. Sampai kira-kira Kamu bangunkan Saya
untuk tidak berkhayal lagi. Iya, Kamu bangunkan Saya di tempat yang waktu itu mungkin
sampai sekarang masih indah. Kamu selalu mengisi kotak masuk Hp Saya setiap
hari dari mula Kita belum bertemu. Kamu isi dengan perhatian Kamu, perasaan
Kamu, rindu Kamu, bawelnya Kamu, dan semua hal tentang Kamu dan Saya.
Barangkali dan tepatnya Kita menyebutnya cinta dan lebih lagi Sayang. Kamu tahu
itu pasti tahu dan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.
Kamu
tahu Saya itu konyol dalam mencintai Kamu begitu juga Kamu yang tak pernah
berakting sedikitpun dihadapan Saya meskipun Kita dari Teater. Tepatnya bukan
konyol tapi mencintai dengan cara yang berbeda, tidak konvensional, meskipun
patah hati rasanya tetap klise, sakit.
Kita
pernah berbagi cerita dari yang level pentingnya dibawah rata-rata sampai
superior. Kamu masih ingat, tentu saja. Kotak masuk Hp Saya sampai seribu lebih
dan kebanyakan dari Kamu. Cukup dulu soal Hp ya, belum lagi chatting di pesbuk
yang banyak ceritanya. Hahaha, kekonyolan Kamu dan hidung Kamu itu yang membuat
Saya selalu berkeinginan untuk mencubitnya.
Kamu itu
hebat, tetap bertahan dengan keadaan Saya yang tidak sama seperti yang lain,
kuliah belum lulus, tidak bekerja dan dari keluarga yang kurang mampu. Ya,
tepat, cinta Kamu yang membuat itu tidak Saya sesali. Tapi karena itu juga yang
membuat Saya terlena dan tidak ingin bekerja keras untuk lebih baik, karena
Kamu sangat baik, sabar dan kuat. Setiap Kita berselisih paham semua seolah
salah Kamu dengan dalih-dalih yang Saya buat untuk membalikan Saya menjadi
pihak yang benar, iya Saya tutupi setiap kesalahan Saya dengan dalih-dalih yang
Saya punya. Dan Kamu tetap sabar dan luar biasa. Tidak, Kamu tidak pernah
salah, Kamu seperti itu, iya bawel dan rudet karena memikirkan masa depan Kita.
Namun Saya terlalu bodoh untuk menerima itu.
Sudah
lama ya Kita itu berpacaran? Sangat lama bahkan tidak bisa Saya tulis semua
dalam catatan ini, terlalu banyak dan semuanya berkesan dari manis dan pahit
cerita Kita. Dan Kamu tetap setia, dari Saya yang sibuk berteater atau sekedar
menghabiskan malam bersama kawan, Kamu tetap setia menunggu. Kalau Saya pasti
sudah bosan. Itulah luar biasanya Kamu yang sekali lagi Saya bodoh untuk
mengerti Kamu.
Oh iya,
belum lama ini Kita berpisah, jelas betul hari itu Kamu datang dengan senyum
dan keceriaan, bahkan Kita sempat nyanyi bareng meskipun Saya kesal sama suara
fales Kamu dan akhirnya masuk juga suara Kamu pada nada gitar yang Saya
mainkan. Senangnya. Dan terakhir hari itu, Kamu bergegas pergi, kereta sudah
menunggu dan pergi pula cerita kita. Kamu bergegas menyimpan air mata yang
sedikit-demi sedikit sebetulnya keluar pelan-pelan. Kamu merasakan sakit hati
begitu juga Saya. Tidak ada bedanya. Aku tahu pengorbanan Kamu dan perasaan
Kamu itu bukan untuk Kamu, tapi untuk Saya, iya untuk Saya agar Saya berubah
dan menjadi pekerja keras kemudian suatu hari datang lagi menemuimu dan
meminangmu. Itu yang luar biasa dari Kamu, bahkan saat-saat terakhirpun Kamu
masih bisa memikirkan Saya yang belum tentu Saya mampu berbuat demikian
terhadapmu. Kamu terlalu hebat. Aku pasti merindukanmu saat ramadhan tiba saat
dulu Kamu bilang "Teh, teh apa yang ditunggu saat lebaran?" Saya
sebenarnya mngerenyutkan dahi dan berpikir bahwa mahluk macam apa yang berani
bertanya demikian dengan nada yang bersemangat. ya itulah Kamu dengan segala
perbedaan Kamu dan luar biasanya Kamu. Atau mungkin Saya pasti rindu saat Kita
duduk mengobrol di daerah Dago selepas menjemputmu pulang dari sekolah, dan hal
itu yang bikin Saya kecewa terhadap diri sendiri karena sampai Kamu lulus belum
lagi Saya berlaku demikian. Saya juga rindu saat Saya tidak berdaya Kamu datang
diantarkan kereta KRD, Saya menjemputmu menunggumu di pintu stasiun kereta.
Kamu turun dengan senyum dan gigi kelinci yang mungil dan lucu itu. Kemudian
pulangnya Saya antar lagi Kamu ke Stasiun itu, Kamu masuk lewat pintu kereta
kadang berdiri atau duduk, Saya khawatir, tapi Saya bergegas pulang biar Saya
bisa lagi dengan cepat merindukanmu lagi. Bersama kepulan asap kereta itu
rinduku terbawa sampai Kamu tiba di rumah dan mengirim Saya pesan pendek
"Neng udah dirumah" leganya hati Kamu kembali dengan selamat dan
masih membawa rindu itu seraya Kamu SMS lagi "Neng kangen Aa..". Iya,
rindu itu sakit Jungjunan, rindu itu sensitif yang kadang membuat Kita
bertengkar tidak jelas, namun itulah resiko Kita bila saling mencinta yaitu
merasakan rindu.
Banyak,
terlampau banyak ketidakberdayaan Saya terhadap cintamu yang luar biasa
terhadap sayangmu yang begitu banyak.
Ah,
setiap malam Kamu selalu meminta Saya untuk mengucapkan selamat tidur untukmu,
"Selamat
malam Gigi kelinci Aa, selamat tidur kekasih Aa, cinta Aa, Sayang Aa. Aa sayang
Neng..."
Itu yang
selalu Kamu minta, tidak banyak dan sangat sederhana, dan Saya tahu itu membuat
Kamu bahagia, meskipun sudah jarang Saya kirim atau bahkan Saya sengaja jadi
pesan tersimpan dan Copas agar tidak perlu lagi mengetik. Dan itu Saya tahu
sangat buat Kamu bahagia dan membuat tidurmu nyenyak. Saya rindu, rindu itu.
Perpisahan
itu tidak menyakitkan, Saya yakin itu. Yang sakit adalah rindu, iya rindu
seperti sekarang sejak Kita berpisah itu lebih menyakitkan lagi. Kadang Saya
lihat lagi chatting Kita yang luar biasa konyol dan absurd dari awal Kita
saling kenal sampai terakhir, foto-foto Kamu dan Kita yang meski cuma sedikit
tapi luar biasa buat Saya. Kamu juga rindu kan? Saya yakin Kamu pasti rindu
karena masih terikat perasaan yang sama meskipun Kita atau bahkan Kamu menutupi
dengan sikap yang dingin dan tampak tidak peduli, dan Saya juga tahu itu pasti
menyakitkan. Saya selalu ingat bahwa Kita akan menikah nantinya, mempunyai
rumah yang tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung cinta Kita. Kalau
punya anak akan Kita beri nama 'Sanghyang Tunggal Wibawa' atau kalau perempuan
akan Kita beri nama 'Dewi Wirginingsih' ya bukan nama yang kearab-araban yang
ingin terlihat agamis. Kita bercerita seperti anak kecil ya? Iya banget. Tapi
tidak apa. Karena Saya ingin menjadikanmu pasangan yang terakhir yang bisa
menemani hari-hari Saya. Oh iya jadi teringat Kita pernah berikrar bahwa Kita
akan terus saling mencari, iya mencari pengalaman bersama, mencari sampai Kita
menikah terus mempunyai anak, mencari dan ingin mempunyai cucu, terus
mencari sampai waktu memisahkan Kita dalam kesederhanaan maut bersama.
Muluk-muluk ya? Saya rindu kerumahmu dan makan bersama keluargamu, Saya rindu
mengantarmu pulang malam-malam sehabis latihan teater atau berkencan. Saya
rindu Ibumu, Ayahmu, Adik-adikmu, kehangatan keluargamu yang Saya rasa telah
menjadi bagian darinya. Saat Saya meraih gelar Sutradara terbaik dalam suatu
festival teater sebenarnya Saya tidak bangga karena bebannya begitu berat,
namun kebanggaan itu lahir ketika Saya melihat Kamu begitu bangga Saya telah
meraihnya.
Saya
rindu itu perempuanku, rindu semuanya, begitupun Kamu, pasti Kamu juga sama,
kalau tidak ya harus, Saya paksa.
Kamu
luar biasa, Kamu dengan Dirimu tanpa akting ketika Kamu bersama Saya, Kamu
menyimpan hp Kamu saat Kita bersama begitu juga Saya karena Kita tahu pertemuan
Kita itu sangat langka dan mesti dimanfaatkan sebaik mungkin, Kamu tidak malu
terlihat jelek karena Kamu begitu menjadi Dirimu, Kamu begitu mengerti dan
perhatian. Dan Saya bodoh terlalu malah, Saya selalu menutupinya dengan
egoisnya Saya. Saya menyesal. Saya berkata seperti ini daritadi bukan untuk
meminta Kamu kembali untuk waktu yang dekat ini, tapi Saya berjanji Kamu akan
benar-benar kembali dan melanjutkan cerita dan sejarah Kita yang sempat Kita
tunda. Karena Saya lelah kalau mesti mencintai yang lain dan bermula lagi dari
nol, pendekatan, dan hal-hal klise yang dilakukan, Saya lelah, Saya hanya mau
bersama Kamu melanjutkannya, bukan sekarang tapi nanti dan pasti. Tuhanpun
harus menyetujuinya karena Tuhan sayang Saya dan Kamu, dan maha tahu Kita
saling menyayangi. Kalau Tuhan tidak mau maka Saya akan terus berdoa setiap
hari agar Tuhan sedikit mengubah skenarionya dan mengijinkan Kita
melanjutkannya.
Malam
ini tepatnya Subuh. Saya merindukanmu. Dan menulis ini dengan keadaan sadar
tanpa paksaan dari pihak manapun tanpa alkohol namun sedikit mengantuk karena
selalu begadang merindukanmu.
Saya
rindu Kamu, Gigi Kelinci... Selamat tidur...
(Semoga yang punya cerita mendapatkan cerita
membahagiakan di akhir.)
2 komentar:
sedih :')
memang dia dlu sedih
namun sekarang akhir bahagia bersamanya
Posting Komentar