Kamis, 12 Juni 2014

Saya dan Seni

Seni Seni Seni.
Berkesenian
Pelaku Seni
Seni itu Senang
Seni Itu Ekspresi
Seni itu WAW....
Inilah salah satu alsasan saya sangat menyenangi dunia seni,, bagi saya seni itu adalah rumah. Tempat saya dapat mengeluarkan segala unek-unek yang menjadi beban senyum dan derita.
Lantas sampai saat ini apa saja yang telah saya lakukan dalam dunia seperti ini?
Ya memang tak banyak dan tidak begitu berkesan bagi sebagian orang, saya tetap sangat bangga. Dari sekolah dasar saja, saya selalu dilatih untuk menjadi bintang panggung dalam pementasan tari anak. Saya selalu dipasangkan dengan sepupu saya. Saya selalu dipoles dengan tatanan make up yang WAW,pada saat itu, dengan kostum yang selalu sama dengan pasangan. Selain itu menginjak sekolah dasar pada saat kelas 6, saya sudah menjadi anggota rampak sekar yang mampu mengisi salah satu acara di Radio Nasional TVRI di Bandung. Di sana kami dilatih setiap hari untuk membawakan lebih dari 5 lagu sunda. Dimulai dari Pupuh Asmarandana, Pupuh Sinom, Pupuh Maskumambang, Kawih Fajar, dan banyak lainnya.ini menjadi prestasi yang sangat membanggakan untuk saya pribadi.

Di bangku menengah pertama, tidak ada yang membanggakan di sini. Pada saat itu tidak begitu diajarkan teknik teknik baru dalam kesenian. Malahan dasar yang didapat pada sekolah dasar menjadi awal kembali. Mengapa bisa demikian? Karena di sana semuanya tidak begitu bisa. Tetapi senangnya saya selalu menjadi pusat perhatian. Baik dalam olah vocal maupun dalam memainkan instrument dari suling bamboo maupun suling recorder.  
Bangku SMA menjadi langkah awal saya menjajakii dunia peran. Di sini saya mulai mendalaminya melalui wadah yang bernama Teater Rakyat SMAR. Setiap minggunya saya selalu diberikan ilmu-ilmu baru oleh senior senior yang tak lelah memberikan ilmu dari pengalamannya. Singkat cerita sampailah pada saat pementasan pertama saya. Di sini saya berperan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Di sini saya sangat merasa malu. Karena dengan dandanan seperti itu, saya berbeda. ITU BUKAN SAYA. Tapi bagaimana lagi kita kekurangan peran. Dan kita dituntut professional. Saya berperan sebagai pramunikmat yang selalu menggoda kaum adam. Pementasan ini berjudul Di Balik Sinar Matahari. Ya, sesuai dengan namanya, di balik sinar matahari, meskipun terlihat terang di depan pasti dunia pasti memiliki sisi gelapnya.
Itu adalah pengalaman pertama di SMA, selanjutnya tidak pernah ada pementasan lagi untuk saya. Saya lebih memfokuskan untukmembantu bagian organisasi dan tim musik saja. Saya kurang begitu bisa dalam berperan,saya lebih percaya pada rekan saya yang lebih dari saya. Hal ini terulang sampai saya lulus di sekolah ini.
Alhamdulillah, Saya diterima di Universitas Negeri di Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia kampus Cibiru, bangga dengan hal itu. Berekesenian pertama yang saya lakukan adalah, mengikuti paduan suara di kampus. Seni Suara, itulah yang pertama. Seanjutnya berdampak pada suat saat,di mana saya harus mewakili kampus cibiru di ajang Temu Civitas Akademika Se-Jabar di Tasikmalaya pada cabang Lomba Pop Song dan Lomba Pupuh. Dalam Pop Song sendiri saya kurang menguasai lagunya karena jarangnya latihan yang maksimal dan optimal, sehingga mengakibatkan nervous yang luar biasa dan berdampak pada hasil pada putusan juri. Sehingga saya tidak mendapatkan predikat juara. Namun, berbalik pada cabang lomba Pupuh, ini berdampak bersinar. meskipun latihan yang intensif tidak pernah dilakukan. Latihan sajahanya pada saat malam hari sebelum lomba, itu pun hanya sekali latihan. Kemudian pada saat setengah jam sebelum lomba saya lakukan pemanasan dan penyesuaian dengan tim music. Itulah latihan yang saya lakukan. Saya kecewa dengan proses latihan tersebut, latihan yang tidak pernah intensif, tidak pernah serius. Tercucurlah air mata pada saat itu. 
Namun, ketika perlombaan berlangsung, suasana berbeda dan memasuki ke dalam suasana yang nyaman. Dan berdampak pula pada hasil yang didapat. Dan Alhamdulliah meskipun kecewa hanya mendapatkan Juara Ke-3. Itu adalah piala pertama yang pernah saya dapat. selain itu juga, saya merupakan Pimpinan dari Kontingen Cibiru. Terimakasih menteri SEGA 2010, Teh Yatis Rosidah atas amanatnya.
Berkesenian di kampus pun tidak terhenti pada saat itu saja. Yang menjadi hal special untuk ku adalah saat mengisi acara pada Seminar Internasional yang dilalkukan oleh CEC di kampus. Saya berkesempatan mengisi beberapa lagu bersama paduan suara, The Voice Cibiru, dengan membawakan lagu Sinaran, Heart Will Go On, dan lagu duet bersama Intan Purnama Alam dalam lagu Ekspresi, meskipun itu merupakan lagu dadakan dari salah satu pengisi Seminar.
Selanjutnya yaitu, pementasan yang diajak oleh Teater Kaca, dimana saya berperan sebagai Oha dalam Naskah Peristiwa Bandung Lautan Api. Awalnya saya menolak, tetapi karena bujukan super dari kawan kawan di Teater Kaca (Look The Mirror, Jleb) akhirnya saya mau, latihan nya dilakukan setiap sore, 2 jam setiah harinya seusai perkuliahan selesai. Kami berlatih sendiri, tidak ada yang melatih, meskipun sesekali ada dosen Bahasa Indonesia yang mengontrol dan memberikan masukan masukan untuk kami. Dalam kesempatan ini saya dibantu oleh tim Paduan Suara.
Tak berhenti sampai situ saja berkesenian saya, dilanjutkan pada tahun 2013, saya mewakili Cibiru kembali dalam ajang yang sama, yakni Temu Civitas Akademika UPI se-Jabar di Purwakarta. Di sini sebagai peserta cabang lomba Pop Song. Hasil yang di dapat sangat mengecewakan. (Artikelnya sudah ada sebelum ini).
Menjelang mendapatkan gelar sarjana, pada saat proses PPL saya diminta oleh anak didik di SD Ajittunggal, untuk menjadi sutradara dalam 2 kali pementasan. Yang pertama dalam perpisahan PPL dengan membawakan Peristiwa Bandung Lautan Api dan yang kedua adalah dalam acara perpisahan kelas 6, dengan naskah yang berlanjut dari naskah sebelumnya.
Dicukupkan cerita singkat berkesenian yang saya lakukan. Nantikan cerita saya selanjutnya. Terima kasih telah membaca.

Tidak ada komentar: