Selasa, 17 Juni 2014

Apa Kabar? Barisan Patah Hati di Bulan Juni #2

Jujur, saya tidak suka membaca novel, maupun karya fiksi lainnya. Yang saya suka adalah komik anime/manga, sesekali membaca catatan di FB teman, karena di dalamnya langsung to the point ke masalah yang ada. Begitupun pada Bulan Juni ini, tak sengaja saya membaca catatan yang benar-benar jujur dari hati dan sangat menyentuh bagi setiap pembacanya. Catatan yang wajib dibaca untuk para sosok romantic lainnya di Negeri ini. Penasarankan! Mari Membaca!


Apa Kabar??
1 Juni 2014 pukul 1:22

Apa kabar Bidadari? Sehat?... Oh, maaf tidak tepat Saya berkata demikian, Kamu bukan Bidadari. Itu khayalan dan Kamu nyata. Bukan ini bukan gombalan, serius. 
Kamu tahu, kalau Kamu pernah menjadi khayalan seperti Saya berkhayal tentang Bidadari, tapi Kamu hanya sekilas, dulu. Sampai kira-kira Kamu bangunkan Saya untuk tidak berkhayal lagi. Iya, Kamu bangunkan Saya di tempat yang waktu itu mungkin sampai sekarang masih indah. Kamu selalu mengisi kotak masuk Hp Saya setiap hari dari mula Kita belum bertemu. Kamu isi dengan perhatian Kamu, perasaan Kamu, rindu Kamu, bawelnya Kamu, dan semua hal tentang Kamu dan Saya. Barangkali dan tepatnya Kita menyebutnya cinta dan lebih lagi Sayang. Kamu tahu itu pasti tahu dan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.
Kamu tahu Saya itu konyol dalam mencintai Kamu begitu juga Kamu yang tak pernah berakting sedikitpun dihadapan Saya meskipun Kita dari Teater. Tepatnya bukan konyol tapi mencintai dengan cara yang berbeda, tidak konvensional, meskipun patah hati rasanya tetap klise, sakit.
Kita pernah berbagi cerita dari yang level pentingnya dibawah rata-rata sampai superior. Kamu masih ingat, tentu saja. Kotak masuk Hp Saya sampai seribu lebih dan kebanyakan dari Kamu. Cukup dulu soal Hp ya, belum lagi chatting di pesbuk yang banyak ceritanya. Hahaha, kekonyolan Kamu dan hidung Kamu itu yang membuat Saya selalu berkeinginan untuk mencubitnya. 
Kamu itu hebat, tetap bertahan dengan keadaan Saya yang tidak sama seperti yang lain, kuliah belum lulus, tidak bekerja dan dari keluarga yang kurang mampu. Ya, tepat, cinta Kamu yang membuat itu tidak Saya sesali. Tapi karena itu juga yang membuat Saya terlena dan tidak ingin bekerja keras untuk lebih baik, karena Kamu sangat baik, sabar dan kuat. Setiap Kita berselisih paham semua seolah salah Kamu dengan dalih-dalih yang Saya buat untuk membalikan Saya menjadi pihak yang benar, iya Saya tutupi setiap kesalahan Saya dengan dalih-dalih yang Saya punya. Dan Kamu tetap sabar dan luar biasa. Tidak, Kamu tidak pernah salah, Kamu seperti itu, iya bawel dan rudet karena memikirkan masa depan Kita. Namun Saya terlalu bodoh untuk menerima itu. 
Sudah lama ya Kita itu berpacaran? Sangat lama bahkan tidak bisa Saya tulis semua dalam catatan ini, terlalu banyak dan semuanya berkesan dari manis dan pahit cerita Kita. Dan Kamu tetap setia, dari Saya yang sibuk berteater atau sekedar menghabiskan malam bersama kawan, Kamu tetap setia menunggu. Kalau Saya pasti sudah bosan. Itulah luar biasanya Kamu yang sekali lagi Saya bodoh untuk mengerti Kamu.
Oh iya, belum lama ini Kita berpisah, jelas betul hari itu Kamu datang dengan senyum dan keceriaan, bahkan Kita sempat nyanyi bareng meskipun Saya kesal sama suara fales Kamu dan akhirnya masuk juga suara Kamu pada nada gitar yang Saya mainkan. Senangnya. Dan terakhir hari itu, Kamu bergegas pergi, kereta sudah menunggu dan pergi pula cerita kita. Kamu bergegas menyimpan air mata yang sedikit-demi sedikit sebetulnya keluar pelan-pelan. Kamu merasakan sakit hati begitu juga Saya. Tidak ada bedanya. Aku tahu pengorbanan Kamu dan perasaan Kamu itu bukan untuk Kamu, tapi untuk Saya, iya untuk Saya agar Saya berubah dan menjadi pekerja keras kemudian suatu hari datang lagi menemuimu dan meminangmu. Itu yang luar biasa dari Kamu, bahkan saat-saat terakhirpun Kamu masih bisa memikirkan Saya yang belum tentu Saya mampu berbuat demikian terhadapmu. Kamu terlalu hebat. Aku pasti merindukanmu saat ramadhan tiba saat dulu Kamu bilang "Teh, teh apa yang ditunggu saat lebaran?" Saya sebenarnya mngerenyutkan dahi dan berpikir bahwa mahluk macam apa yang berani bertanya demikian dengan nada yang bersemangat. ya itulah Kamu dengan segala perbedaan Kamu dan luar biasanya Kamu. Atau mungkin Saya pasti rindu saat Kita duduk mengobrol di daerah Dago selepas menjemputmu pulang dari sekolah, dan hal itu yang bikin Saya kecewa terhadap diri sendiri karena sampai Kamu lulus belum lagi Saya berlaku demikian. Saya juga rindu saat Saya tidak berdaya Kamu datang diantarkan kereta KRD, Saya menjemputmu menunggumu di pintu stasiun kereta. Kamu turun dengan senyum dan gigi kelinci yang mungil dan lucu itu. Kemudian pulangnya Saya antar lagi Kamu ke Stasiun itu, Kamu masuk lewat pintu kereta kadang berdiri atau duduk, Saya khawatir, tapi Saya bergegas pulang biar Saya bisa lagi dengan cepat merindukanmu lagi. Bersama kepulan asap kereta itu rinduku terbawa sampai Kamu tiba di rumah dan mengirim Saya pesan pendek "Neng udah dirumah" leganya hati Kamu kembali dengan selamat dan masih membawa rindu itu seraya Kamu SMS lagi "Neng kangen Aa..". Iya, rindu itu sakit Jungjunan, rindu itu sensitif yang kadang membuat Kita bertengkar tidak jelas, namun itulah resiko Kita bila saling mencinta yaitu merasakan rindu.
Banyak, terlampau banyak ketidakberdayaan Saya terhadap cintamu yang luar biasa terhadap sayangmu yang begitu banyak.
Ah, setiap malam Kamu selalu meminta Saya untuk mengucapkan selamat tidur untukmu,
"Selamat malam Gigi kelinci Aa, selamat tidur kekasih Aa, cinta Aa, Sayang Aa. Aa sayang Neng..." 
Itu yang selalu Kamu minta, tidak banyak dan sangat sederhana, dan Saya tahu itu membuat Kamu bahagia, meskipun sudah jarang Saya kirim atau bahkan Saya sengaja jadi pesan tersimpan dan Copas agar tidak perlu lagi mengetik. Dan itu Saya tahu sangat buat Kamu bahagia dan membuat tidurmu nyenyak. Saya rindu, rindu itu.
Perpisahan itu tidak menyakitkan, Saya yakin itu. Yang sakit adalah rindu, iya rindu seperti sekarang sejak Kita berpisah itu lebih menyakitkan lagi. Kadang Saya lihat lagi chatting Kita yang luar biasa konyol dan absurd dari awal Kita saling kenal sampai terakhir, foto-foto Kamu dan Kita yang meski cuma sedikit tapi luar biasa buat Saya. Kamu juga rindu kan? Saya yakin Kamu pasti rindu karena masih terikat perasaan yang sama meskipun Kita atau bahkan Kamu menutupi dengan sikap yang dingin dan tampak tidak peduli, dan Saya juga tahu itu pasti menyakitkan. Saya selalu ingat bahwa Kita akan menikah nantinya, mempunyai rumah yang tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung cinta Kita. Kalau punya anak akan Kita beri nama 'Sanghyang Tunggal Wibawa' atau kalau perempuan akan Kita beri nama 'Dewi Wirginingsih' ya bukan nama yang kearab-araban yang ingin terlihat agamis. Kita bercerita seperti anak kecil ya? Iya banget. Tapi tidak apa. Karena Saya ingin menjadikanmu pasangan yang terakhir yang bisa menemani hari-hari Saya. Oh iya jadi teringat Kita pernah berikrar bahwa Kita akan terus saling mencari, iya mencari pengalaman bersama, mencari sampai Kita menikah terus mempunyai anak,  mencari dan ingin mempunyai cucu, terus mencari sampai waktu memisahkan Kita dalam kesederhanaan maut bersama. Muluk-muluk ya? Saya rindu kerumahmu dan makan bersama keluargamu, Saya rindu mengantarmu pulang malam-malam sehabis latihan teater atau berkencan. Saya rindu Ibumu, Ayahmu, Adik-adikmu, kehangatan keluargamu yang Saya rasa telah menjadi bagian darinya. Saat Saya meraih gelar Sutradara terbaik dalam suatu festival teater sebenarnya Saya tidak bangga karena bebannya begitu berat, namun kebanggaan itu lahir ketika Saya melihat Kamu begitu bangga Saya telah meraihnya.
Saya rindu itu perempuanku, rindu semuanya, begitupun Kamu, pasti Kamu juga sama, kalau tidak ya harus, Saya paksa.
Kamu luar biasa, Kamu dengan Dirimu tanpa akting ketika Kamu bersama Saya, Kamu menyimpan hp Kamu saat Kita bersama begitu juga Saya karena Kita tahu pertemuan Kita itu sangat langka dan mesti dimanfaatkan sebaik mungkin, Kamu tidak malu terlihat jelek karena Kamu begitu menjadi Dirimu, Kamu begitu mengerti dan perhatian. Dan Saya bodoh terlalu malah, Saya selalu menutupinya dengan egoisnya Saya. Saya menyesal. Saya berkata seperti ini daritadi bukan untuk meminta Kamu kembali untuk waktu yang dekat ini, tapi Saya berjanji Kamu akan benar-benar kembali dan melanjutkan cerita dan sejarah Kita yang sempat Kita tunda. Karena Saya lelah kalau mesti mencintai yang lain dan bermula lagi dari nol, pendekatan, dan hal-hal klise yang dilakukan, Saya lelah, Saya hanya mau bersama Kamu melanjutkannya, bukan sekarang tapi nanti dan pasti. Tuhanpun harus menyetujuinya karena Tuhan sayang Saya dan Kamu, dan maha tahu Kita saling menyayangi. Kalau Tuhan tidak mau maka Saya akan terus berdoa setiap hari agar Tuhan sedikit mengubah skenarionya dan mengijinkan Kita melanjutkannya. 
Malam ini tepatnya Subuh. Saya merindukanmu. Dan menulis ini dengan keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun tanpa alkohol namun sedikit mengantuk karena selalu begadang merindukanmu.
Saya rindu Kamu, Gigi Kelinci... Selamat tidur...





(Semoga yang punya cerita mendapatkan cerita membahagiakan di akhir.)

2 komentar:

A. Nabilah mengatakan...

sedih :')

duniaberacun mengatakan...

memang dia dlu sedih
namun sekarang akhir bahagia bersamanya