Rabu, 30 Juli 2014

Ied dan Kisah



Cerita ini dimulai saat hari H, Hari Raya Idul Fitri atau yang disebut dengan Lebaran. Kondisinya seperti ini, ada kunjungan dari sanak saudara yang menyempatkan diri untuk saling melebarkan silaturahmi dan tuntutan kami melebarkan pintu rumah kami, melebarkan toples-toples makanan kami, serta melebarkan dompet para orang tua untuk para bocah-bocah luar biasa.
Kunjungan hanya berlangsung beberapa menit saja, karena ada urusan yang tak terduga dari sang penamu, tetapi hasilnya waw. Rencana mendadak kunjungan saudara di Sumedang.
Dalam hati saya, sudah sangat menolak keputusan ini. Tapi seluruh anggota keluarga mengiyakan untuk berangkat ke sana. Dan keesokan harinya, di pagi hari nan cerah dan dingin berangkatlah kami menuju tempat tujuan.
Tersewalah sebuah mobil sejuta umat berwarna hijau. Dan seperti biasa, kursi depan menjadi tempat andalan saya. Tempat duduk itu adalah sebagian alat untuk menyelamatkan saya selama berkendaraan ke manapun itu tujuannya, selain alunan nada-nada indah di earphone yang menancab keras di telingaku.
Dengan segala perlengkapan dan persiapan yang dilakukan semua anggota keluarga. Kurang lebih pukul 08.00 WIB berangkatlah kami dengan senang hati. Dengan moodbuster yang telah disiapkan oleh masing-masing anggota keluarga. Perjalanan terasa indah karena bukan hanya keluarga kami saja yang ada dalam kendaraan tersebut, ada juga sanak saudara lain juga. Perjalananpun dimulai.
15 menit perjalanan masih dengan Full Power Moods, lama, lama, lama, lama, dan semakin lama. Turunlah mood bepergian saya. Tahu mengapa? Coba pikirkan sejenak! H+1 Lebaran di jalanan seperti apa? Sudah dibayangkan? Sudah mulai terjawab?
Ya benar, itu jawabannya. Kemacetan dan cuaca panaslah yang membuat saya bosan di kendaraan itu. Ingin rasanya saya meloncat turun dari sana. Berpikir berpikir dan terus berpikir sepanjang perjalanan itu. Suasana di dalam sana sudah seperti tempat ruangan sauna dengan temperatur yang super panas, tanpa ventilasi udara, dan ditemani orang-orang dengan lelucon yang beraksi memberikan lelucon super kriuk ala kerupuk melarat. Kebayang kan!
Ok. Fix.   Sekitar 09.30 saya turun Jatinangor, pertigaan sebelum Cikuda. Tanpa pikir panjang. Kuucapkan pada ibu, saya pamit, saya turun, saya tidak jadi ikut. akhirnya pulang ke rumah menuju kotak mimpi idaman.
Bosan tidur terus, persegi bersinar bersuara adalah sasaran selanjutnya. Adapun kisah inspiratif yang didapat. Pertama, Mama sayang Allah (lupa jupa judul) kisah seorang guru yang bertekad membantu semua anak, bagaimanapun kondisi anak tersebut. Yang terpenting ada proses pembelajaran yang membuatnya lebih baik.
Kedua, La Tahdzan, kisah sepasang kekasih yang memimpikan Jepang sebagai tujuan hidup mereka, karena Jepanglah mereka berpisah dan karena Jepang pulalah mereka melanjutkan hubungan mereka.
Ketiga, Wanita Tetap Wanita. Kisah para wanita dengan segala kesibukan dan cerita cintanya.
Terima kasih hari ini.
Rencana itu ada kalanya harus dipikirkan sangat teliti. Harus mempertimbangkan segala hal yang mendukung 100%, 95%, 90%, bahkan sampai 1% keberhasilannya sekalipun. #Ristu (Rancaekek, 30 Juli 2014, 00:15)

Tidak ada komentar: