Penantian
panjang menunggu, setelah kelulusan masa kuliah itu berasa membosankan dan
tidak ada kegiatan yang biasanya SUPER SIBUK layaknya masa kuliah lalu. Di saat
bersama para Mahasiswa Kura-Kura Puma (Kuliah Rapat Kuliah Rapat Pulang Malam)
hehe
Setiap
detiknya dijalani tetap berdiam diri di rumah, dilanjutkan sesekali melempar
Ijazah hasil Kuliah lalu ke Sekolah Sekolah ternama. Alhasil, sekolah tersebut
tidak menerima calon pendidik dari luar,apalagi yang baru saja lulus. Atasannya
beranggapan, “di sini sudah penuh”, “anak kami saja banyak yang magang”. Aku pikir, sekolah seperti itu hanya
memanfaatkan kelauarganya saja, hanya keluarganya saja yang berhak mengajar di
sana. Hanya keluarganya saja yang berhak mendapatkan kesuksesannya di san,
dengan kata lainini layaknya “Sistem
Kerajaan”. Di mana Posisisnya
hanya diberikan kepada anak-anak dan sodara-sodaranya saja. Sekolah macam apa
itu?
Ya
, tidak sampai di sana, terus berusaha dan mencari yang terbaik. Tidak jauh
dari tempat tinggalku, ternyata ada sekolah yang baru saja berdiri. Aku beranggapan
kalau di sana saya akan bisa memuaskan isi dompet. Ya saya berikan dokumen yang
dibutuhkan. Dengan bangganya aku lampirkan apa yang menjadi keahlianku dan
pengalamanku yang telah dilaksanakan semasa kuliah lalu. Sangat tebal
dikirimkan.
Selang beberapa hari,
Kring!!!!!! Kring!!!!!
Tepat 5 Maret 2014,
Apakah benar ini dengan Ristu Rustandi?
Iya benar, ada apa?
Besok ditunggu untuk simulasi mengajar di SD Insan Unggul. Di Kelas2
Sontak,
terkaget mendengar kabar itu. Apa yang harus dilakukan? Pada saat itu, sedang
dalam keadaan badan yang kurang fit, yang baru saja beberapa jam sebelumnya,
dokter memeriksa.
Iya, saya akan usahakan ke sana.
Dengan
segera, malam harinya, dibuatlah RPP, media, dan evaluasi yang akan disajikan
di kelas itu. Bahasa Indonesia, IPS, dan
PKn, itulah yang menjadi ide di malam itu.
Menghadaplah
langsung kepada atasan sekolah itu. Memberikan sedikit penjelasan mengenai
sekolah ini. Baik sistem sekolah, mata pelajaran khususnya, guru-gurunya,
bahkan hal sensitif seperti honorarium yang didapat)
Masuklah
ke dalam kelas yang terdapat bangku lesehan layaknya meja makan orang Jepang,
tidak kursi, semuanyanya “ngampar” di bawah dengan karpet yang dipakai Shalat,
(katanya itu berkonsep Sunda) dengan berpenghuni 27 siswa. Kelas yang sangat ramai.
Butuh tenaga vokal yang ekstra untuk mengondisikan 27 siswa tersebut. Deg-degan,
keringat dingin, tatapan tajam dari semua siswa. Pertanyaan yang begitu banyak
dari siswa mereka. Dengan Dimulailah
dengan perkenalan, dengan menulis nama lengkap di White board (Sengaja ditulis,
untuk mengetahui, apakah siswa di sana bisa membaca dengan lancar atau tidak. Dan
ternyata hampir semuanya bisa melakukannya)
Dilanjutkan
dengan apersepsi dengan bernyanyi “Ayah Ibu Kaka Adik”
(itu adalah lagu yang menghantarkanku mendapatkan nilai yang sangat memuaskan
pada Ujian Pendidikan Seni Musik materi membuat lagu anak) Responnya ternyata
baik, mereka suka, mereka mengikutinya dengan suara yang begitu lucu (cempreng
sih sebenarnya haha,tapi tak apa asal mereka senang)
Para
Siswa di sana sangatlah tidak bisa diam, dan selalu saja ada hal yang
dibincangkan, namun selalu mengerti apa yang di sampaikan. Selalu dituangkan ke
dalam hal yang mereka sukai Karena saat menerangkan materi, selalu fokus dan
berkonsentrasi tinggi. Mereka dapat
memposisikan di mana saat belajar, dan di mana saat bermain. Tetapi terkadang
juga pada saat belajar sering bermain. Hal ini layaknya para bajak laut, Mereka
Brutal tapi mereka tidak menyakiti siapapun, bahkan kelebihan mereka selalu
dipakai ke dalam hal positif. Mereka orang yang tidk serius, tetapijikalau
mendapat tanggung jawab, merekaselalu melakukannya dengan penuh kesungguhan
untuk mencapai hasil yang optimal, Ya itu Muridku, Para Bajak Laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar