Terbayang sosok sahabat yang telah dianggap adik
sendiri.
Kupeluk tubuhnya…
Kurangkul bahunya…
Kupegang tangannya…
Kangen sekali rasanya.
Sudah hampir 9 tahun kami saling mengenal.
Dimulai semenjak pertemuan yang tak dibayangkan, saat aku bermain kelereng di
pekarangan halaman rumah tetangga. Aku dan temanku yang lain sedang asyik
asyiknya bermain, tiba tiba saja kulihat sosok
anak laki laki yang murung. Pandangankupun langsung saja teapku dengan
sosok itu. Aku pun mendekatinya, ku kenalkanlah diriku padanya. Dia menyebut
namanya Jeni. Meskipun setelah beberapa minggu ku kenal dirinya, sosok yang jahil, penurut, pendiam dan kutahu
juga bahwa nama aslinya Muhammad
Juhaeni. Nama yang aneh sih, seperti nama perempuan, tapi aku suka.
Semua apa yang dia lakukan selalu saja aku
tanyakan, aku tak pernah bertanya ke seseorang selain dia. setiap harinya
selalu saja kau tanyakan kabarnya, bagaimana sekolahnya, bagaimana pergaulan
dengan temannya. Apapun tentang dia. meskipun pertanyaan yang bertubi tubi itu
tak sering dijawab dia. aku kesal. Tapi aku senang kalau dia sudah mau
bercerita tentangnya. Untuk mendapatkan perhatiannya sering kali aku menginap
di kamarnya, meskipun dia tinggal bersama kakanya. Dia mengontrak di tempat
pamanku.
Mengapa dia tinggal dengan kakanya? Kemanakah
sosok orang tuannya?
Aku kaget dengan pengakuan dari mulut manisnya
itu, bahwa orang tuanya telah meninggal
saat dirinya masih menginjak Sekolah Dasar. Akhirnya aku tahu mengapa saat
berkenalan di awal dia murung sekali. Kemudian dari sifatnya yang tertutup,
yang tak pernah bercerita kepada orang lain. Mungkin dia butuh sosok orang tua.
Bayangkan saja usia segitu masih sangat membutuhkan perhatian, kasih sayang,
manjaan dari orang tua. Dibalik sifatnya yang seperti itu, dia sangatlah suka
bergaul dengan orang yang jauh umurnya dengan dia. dia selalu berbicara banyak.
Aku senang melihatnya.
Semenjak dia menginjak bangku sekolah menengah
pertama dia mulai menjauh denganku, tapi selalu bersikap lebih pada dia. aku
pikir dia mulai bosan dengan perhatianku. Dia mulai menjauh dariku. Tidak
apalah berarti dia mulai dewasa. Mulai mampu mengenal dunia di sekitarnya.
Meskipun dia telah mencoba yang dilarang norma dan agama.
Menjauhlah dia dari kehidupanku. Sampailah dia ke
sekolah menengah atas. Hanya satu semester dia bersekolah. Entah apa alasanya
dia berhenti. Sampai saat inipun aku belum tahu apa penyebabnya. Mungkin karena
faktor ekonomi. Itu perkiraanku. Kehidupan hari harinya pun diiisi dengan
kegiatan pemuda pada umumnya. Tak beberapa lama kemudian pindahlah dia ke
tempat neneknya tinggal. Samapai saat sekarangpun akau selalu menengoknya.
Setiap aku bertemu dengannya aku selalu meluapkan rasa kangenku dengan mengacak
ngacak rambutnya. Dia tidak pernah menolak saat aku melakukannya. Aku rasa dia
suka dengan aku lakukan.
Aku kangen sahabatku.
Itulah sedikit cerita singkatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar