Sabtu, 07 Juli 2012

Sana Vs Sini


Ada apa di sana sini, ko ramai sekali..
Hampir di setiap mata kuliah yang saya ambil semuanya membahas mengenai kebudayaan. Dimulai dari unsur unsurnya sampai ke seberapa pentingkah kebudayaan bagi pribadi maupun negara.
Harus kita sadari memang kebudayaan tiap negara berbeda. Tidak hanya negara, di negara kita saja tiap provinsi memiliki kebudayaan yang beda pula. Begitu pun dalam hal pemikiran mengenai pemikiran.
Pertentangan pemikiran orang terhadap antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan lain sungguh mencengangkan. Mereka lebih membanggakan kebanggaan luar dibandingkan kebudayaan sendiri. Berfikirlah kalian, selama ini kalian hidup di negeri sendiri, bukan di negara orang. Setiap jenjang sekolah saja mengajarkan cintailah kebudayaan sendiri.
Boleh saja kalian menyukai kebuadayaan orang lain, tapi ingat porsinya dong. Kebanyakan orang orang kita hanya mengikutinya saja tanpa mengetahui apa yang sebenarnya maksud kebudayaan lain. Mereka hanya mengikuti perkembangan jaman.
Minimalnya saja kalian bisa mempraktekan satu kebudayaan dalam bentuk kesenian. Itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri untuk diri kita. Tapi anehnya, malah lebih bangga dengan memamerkan apa yang bukan menjadi kebudayaan kita.
Boleh boleh saja kita memasukan unsur baru di kebudayaan kita dengan menggabungkan kebudayaan lain. Malah menjadi sebuah kebanggaan untuk kedua belah pihak.
Apabila dikaitkan dengan sebuah kegiatan dan dijadikan sebuah tema acara maupun dekorasi, menurut saya silahkan saja memilih apapun yang kalian suka, mungkin seleraku beda dengan kalian. Saya lebih suka apa yang menjadi ciri khas negara kita, kebudayaan kita, identitas kita, apapun itu yang berhubungan dengan Indonesia. Maaf saja ini selera saya. Pantas saja dunia ramai di sana sini. Hahaha…

Mimpi Kangen


Terbayang sosok sahabat yang telah dianggap adik sendiri.
Kupeluk tubuhnya…
Kurangkul bahunya…
Kupegang tangannya…
Kangen sekali rasanya.

Sudah hampir 9 tahun kami saling mengenal. Dimulai semenjak pertemuan yang tak dibayangkan, saat aku bermain kelereng di pekarangan halaman rumah tetangga. Aku dan temanku yang lain sedang asyik asyiknya bermain, tiba tiba saja kulihat sosok  anak laki laki yang murung. Pandangankupun langsung saja teapku dengan sosok itu. Aku pun mendekatinya, ku kenalkanlah diriku padanya. Dia menyebut namanya Jeni. Meskipun setelah beberapa minggu ku kenal dirinya,  sosok yang jahil, penurut, pendiam dan kutahu juga  bahwa nama aslinya Muhammad Juhaeni. Nama yang aneh sih, seperti nama perempuan, tapi aku suka.
Semua apa yang dia lakukan selalu saja aku tanyakan, aku tak pernah bertanya ke seseorang selain dia. setiap harinya selalu saja kau tanyakan kabarnya, bagaimana sekolahnya, bagaimana pergaulan dengan temannya. Apapun tentang dia. meskipun pertanyaan yang bertubi tubi itu tak sering dijawab dia. aku kesal. Tapi aku senang kalau dia sudah mau bercerita tentangnya. Untuk mendapatkan perhatiannya sering kali aku menginap di kamarnya, meskipun dia tinggal bersama kakanya. Dia mengontrak di tempat pamanku.
Mengapa dia tinggal dengan kakanya? Kemanakah sosok orang tuannya?
Aku kaget dengan pengakuan dari mulut manisnya itu, bahwa orang tuanya  telah meninggal saat dirinya masih menginjak Sekolah Dasar. Akhirnya aku tahu mengapa saat berkenalan di awal dia murung sekali. Kemudian dari sifatnya yang tertutup, yang tak pernah bercerita kepada orang lain. Mungkin dia butuh sosok orang tua. Bayangkan saja usia segitu masih sangat membutuhkan perhatian, kasih sayang, manjaan dari orang tua. Dibalik sifatnya yang seperti itu, dia sangatlah suka bergaul dengan orang yang jauh umurnya dengan dia. dia selalu berbicara banyak. Aku senang melihatnya.
Semenjak dia menginjak bangku sekolah menengah pertama dia mulai menjauh denganku, tapi selalu bersikap lebih pada dia. aku pikir dia mulai bosan dengan perhatianku. Dia mulai menjauh dariku. Tidak apalah berarti dia mulai dewasa. Mulai mampu mengenal dunia di sekitarnya. Meskipun dia telah mencoba yang dilarang norma dan agama.
Menjauhlah dia dari kehidupanku. Sampailah dia ke sekolah menengah atas. Hanya satu semester dia bersekolah. Entah apa alasanya dia berhenti. Sampai saat inipun aku belum tahu apa penyebabnya. Mungkin karena faktor ekonomi. Itu perkiraanku. Kehidupan hari harinya pun diiisi dengan kegiatan pemuda pada umumnya. Tak beberapa lama kemudian pindahlah dia ke tempat neneknya tinggal. Samapai saat sekarangpun akau selalu menengoknya. Setiap aku bertemu dengannya aku selalu meluapkan rasa kangenku dengan mengacak ngacak rambutnya. Dia tidak pernah menolak saat aku melakukannya. Aku rasa dia suka dengan aku lakukan. 
Aku kangen sahabatku.
Itulah sedikit cerita singkatku.